Rabu, 31 Januari 2018

# Wisata

Keresan, Tradisi Memperingati Maulid Nabi di Dusun Mengelo


Sejak dulu, Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya. Berbagai adat istiadat kerap kita jumpai di seluruh pelosok negeri. Perayaan dalam rangka memperingati suatu hari tertentu, bisa berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Termasuk perayaan dalam rangka memperingati maulid Nabi besar Muhammad SAW.

Jika di Jogja ada sekaten, maka di kampung halaman saya ada keresan. Tradisi yang dilakukan setiap tahun ini, hanya dijumpai di dusun saya, yaitu Dusun Mengelo, Kecamatan Sooko, tepatnya di Masjid Darussalam. Dan ini bukanlah tradisi yang secara umum dilakukan masyarakat Mojokerto, Jawa Timur.

Sesuai dengan namanya, pohon keres atau yang juga dikenal dengan nama pohon talok, wajib ada pada perayaan tersebut. Pohon keres dipakai untuk menggantungkan hiasan yang berupa barang-barang kebutuhan sehari-hari. Mulai dari buah-buahan, sayur mayur, pakaian anak dan dewasa, topi, bumbu dapur, panci, sepeda, jilbab dan lain-lain. Nantinya barang-barang tersebut akan diperebutkan oleh masyarakat setelah seluruh rangkaian acara maulid selesai.


Jadi tahu kan, alasan dibalik dipilihnya pohon keres? Tentu saja karena batangnya kuat, dahan dan rantingnya banyak, rindang, termasuk pohon yang tumbuhnya relatif cepat dan mudah didapatkan.

Sehari sebelum perayaan, pohon keres mulai disiapkan. Dari tempatnya berasal, pohon keres dicabut hingga ke akarnya lalu ditanam di jalan depan masjid, tempat diadakannya perayaan. Usai terhias, pohon akan dijaga semalaman agar tidak ada yang mencoba mencuri hiasannya.

Jika dulu cukup menggunakan satu pohon keres, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, keres yang ditanam sekarang ada dua untuk setiap perayaan.

Acara peringatan maulid pada keesokan harinya, diawali dengan pawai sepeda hias, mobil dan becak hias serta drumband. Pawai diberangkatkan dari depan masjid dan berakhir di tempat yang sama setelah sebelumnya berkeliling melalui jalan kampung.

Jangan ditanya ramainya, karena peserta pawai diperpanjang dengan pawai motor oleh orang tua yang ikut di belakang barisan. Mungkin untuk berjaga-jaga jika putra putri mereka kelelahan saat ikut pawai. Masyarakat yang rumahnya tidak dilalui pawai, biasanya tumpah ruah di jalanan yang termasuk rute.


Usai pawai, barulah pengajian di masjid dimulai. Ribuan orang hadir dan memenuhi halaman serta jalanan di sekitar masjid. Beberapa tahun terakhir, bahkan ada beberapa stasiun TV yang meliputnya.

Tausiyah oleh Pak Kyai atau Ustad disampaikan hingga menjelang dhuhur. Usai pembacaan doa, sirine dibunyikan. Itu adalah tanda bahwa pohon keres maulid boleh dirobohkan dan diperebutkan oleh masyarakat.

Biasanya beberapa anak muda nekat memanjat, mengambil barang yang diincar, lalu melemparkannya kepada rekannya. Setelah itu barulah mengambil apapun yang bisa dijangkau dan dilempar ke sembarang arah.

Masyarakat yang memadati area keres pun berebutan barang-barang dengan gembira. Banyak pula yang hanya menonton dari jauh karena khawatir terinjak. Saya sendiri lebih memilih mendokumentasikannya saja daripada ikut berebutan.

Menurut salah seorang tokoh yang sempat saya tanyai, acara ini ternyata sudah berlangsung sejak tahun 70 an, dan akan terus dilestarikan karena sudah dianggap sebagai tradisi.

Itulah salah satu yang khas dari daerah saya, yang membuat saya selalu ingat kampung halaman di manapun saya berada. Kalau Anda, tradisi apa yang khas dari daerah Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates