Jumat, 01 November 2013

Merapikan Isi Dompet

November 01, 2013 10 Comments

Versi aslinya seperti ini,

Mengatur Keuangan

“Rapi sekali dompetnya…” komentar teman saya saat ia sekilas melihat isi dompet saya.

Saya tersenyum. Meski memakai dompet sederhana, saya terbiasa menata isinya. Uang koin saya letakkan terpisah dari uang kertas. Uang kertas tidak saya lipat agar tidak rusak dan lecek. KTP, ATM dan kertas penting lainnya saya susun sedemikian rupa agar mudah dicari namun tak mudah jatuh.

Sebenarnya, bukan hanya penataan uang di dompet. Saya juga terbiasa mengatur keuangan keluarga saya dengan membuat perencanaan setiap bulan. Pemasukan dan pengeluaran rutin saya catat. Pengeluaran rutin seperti biaya listrik, telepon, cicilan rumah, cicilan kendaraan dan biaya sekolah anak, lebih dulu saya sisihkan. Untuk menghindari lupa atau sibuk sehingga tak sempat membayar, saya membiasakan diri membayarnya sebelum tanggal jatuh tempo. Ini juga untuk menghindari denda. Bila memungkinkan, saya juga menggunakan fasilitas auto debet. Tak lupa saya pun menyisihkan sebagian penghasilan untuk tabungan dan biaya tak terduga.

Untuk keperluan sehari-hari, yang bisa dibeli dalam jumlah banyak, akan saya beli sekaligus agar mendapat harga lebih murah dan hemat transport. Jika ada, kesempatan diskon pun saya manfaatkan, asal tetap untuk barang yang memang kami butuhkan.

Dengan adanya perencanaan, pengeluaran lebih tertib dan terkendali. Saya juga bisa meminimalkan pembelian barang yang tidak perlu. Asalkan disiplin menaati rencana yang sudah disusun, kita bisa mencegah pemborosan dan menjaga agar tidak terjebak hutang.

Minggu, 27 Oktober 2013

Konkret Cintai Produk Nasional

Oktober 27, 2013 0 Comments
Ini gagasanku yang dimuat di Jawa Pos pada Kamis, 9 Mei 2013.

Konkret Cintai Produk Nasional
Kamis, 09 Mei 2013

INILAH cerita suami saya. Dalam rangka persiapan sebuah proyek, suami berdua dengan atasannya yang warga negara Jepang berbelanja berbagai kebutuhan untuk mes karyawan. Alhasil, semua barang, mulai televisi, kulkas, AC, bahkan setrika, yang pasti pembantulah yang akan memakainya, diharuskan bermerek Jepang. Demikian juga sarana transportasi dan kebutuhan lain, jika ada, semua harus serba Jepang.

Saya berpikir, seandainya saja bangsa Indonesia mau seperti itu, tentu negara kita bisa jauh lebih baik daripada sekarang. Perekonomian kita pasti lebih maju jika produk dalam negeri merajai pasar negeri sendiri.

Kejadian itu menjadi contoh nyata bagi saya agar lebih bersemangat mengajak anak-anak untuk mencintai negeri sendiri. Mengapa memilih ayam goreng waralaba Amerika, jika makanan tradisional Indonesia lebih beragam dan kaya rasa? Mengapa memilih pakaian bermerek luar negeri yang sangat mahal, sementara ada batik yang kini kian indah corak maupun modelnya? Mengapa harus menonton konser artis luar negeri yang belum tentu memperbaiki moral anak bangsa, sementara tarian dan lagu daerah sarat makna dan nilai kehidupan? Ayo, kita mulai dari diri kita, sekarang!


Versi aslinya sebagai berikut,

Cintai Produk Dalam Negeri.

Kita pasti sudah sering mendengar slogan tersebut. Tapi, sejauh manakah tindak nyata kita? Dalam hal ini, sungguh tidak berlebihan bila kita belajar dari bangsa Jepang.

Inilah cerita suami saya. Dalam rangka persiapan sebuah proyek, suami berdua dengan atasannya yang warga negara Jepang berbelanja berbagai kebutuhan untuk mess karyawan. Alhasil, semua barang mulai dari televisi, kulkas, AC, bahkan setrika yang pasti pembantulah yang akan memakainya, diharuskan yang bermerk Jepang. Demikian juga sarana transportasi dan kebutuhan lain, jika ada, semua harus serba Jepang.

Mengesankan sekali ketika suatu saat suami terpaksa membawa kami sekeluarga ke kantor dan memesan makan siang dari sebuah restoran waralaba Jepang, sang atasan dengan ramah dan sigap membayar pesanan kami.

Saya berpikir, seandainya saja bangsa Indonesia mau seperti itu, tentu negara kita bisa jauh lebih baik daripada sekarang. Perekonomian kita pasti lebih maju jika produk dalam negeri merajai pasar negeri sendiri.

Kejadian itu menjadi contoh nyata bagi saya agar lebih bersemangat mengajak anak-anak untuk lebih mencintai negeri sendiri. Mengapa memilih ayam goreng waralaba Amerika, jika makanan tradisional Indonesia lebih beragam dan kaya rasa? Mengapa memilih pakaian bermerk luar negeri yang sangat mahal harganya sementara ada batik yang kini kian indah corak maupun modelnya? Mengapa harus menonton konser artis luar negeri yang belum tentu memperbaiki moral anak bangsa sementara tarian dan lagu daerah sarat makna dan nilai kehidupan?

Ayo, kita mulai dari diri kita, sekarang!

Rabu, 02 Oktober 2013

Review Bebestar 2013

Oktober 02, 2013 2 Comments

“My first, my last, my everything...
And the answer to all my dreams...
You’re my sun, my moon, my guiding star...
My kind of wonderfull, that’s what you are...”

Mungkin anda sudah tak asing dengan lirik lagu di atas. Ya, benar. Ini adalah lirik lagu pada iklan susu Bebelac. Dalam salah satu versinya, tampak beberapa anak dengan wajah lucu dan menggemaskan bersama ibu mereka. Anda tertarik putra putri anda tampil seperti mereka? Kali ini PT. Nutricia Indonesia Sejahtera kembali menyelenggarakan pemilihan bintang Bebestar 2013.

Bebestar 2013 adalah ajang untuk menampilkan potensi terbaik yang dimiliki anak. Acara ini bukan lomba, maka tidak dikenal istilah pemenang atau juara. Tetapi setelah melalui beberapa tahap, dewan juri akan memilih beberapa peserta untuk menyandang predikat sebagai Bebestar Terbaik.

Klasifikasi usia peserta dibagi menjadi dua yaitu Bebestar untuk anak berusia 3-6 tahun, dengan unjuk bakat di bidang menyanyi, menari dan memainkan alat musik, dan Little Bebestar yang bisa diikuti oleh anak berusia 1-3 tahun. Pada kelompok Little Bebestar, yang akan ditampilkan adalah gambaran kedekatan ibu dan anak. Ajang ini tidak terbatas pada pengguna susu Bebelac, non pengguna pun bisa mengikutinya. Namun bila masuk tahap audisi, harus membeli susu Bebelac 2 x 400 gr.

Cara mengikutinya cukup mudah. Peserta tinggal merekam video unjuk kebolehan anak dengan durasi maksimal 2 menit. Perekaman bisa dilakukan dengan menggunakan blackberry, android maupun video professional. Hasilnya dikirim ke indscript.creative@gmail.com, dengan disertai nama anak, tempat/tanggal lahir anak, nama orang tua, alamat domisili dan nomor kontak yang bisa dihubungi. Bila kurang jelas bisa menghubungi kontak 022-5229415.

Ajang ini sangat bermanfaat bagi perkembangan buah hati karena dapat melatih mereka untuk belajar mandiri dan percaya diri. Hal ini karena mereka tampil solo di hadapan dewan juri. Mereka juga bisa belajar bersosialisasi, karena acara ini memungkinkan mereka bertemu dengan peserta lain berikut orang tuanya.

Yang perlu diperhatikan, selama mengikuti acara, anak harus merasa senang dan nyaman. Orang tua sebaiknya tidak menuntut dan tidak menekan anak, agar mereka tidak stress. Juga supaya anak tidak merasa terbeban untuk menjadi yang terbaik dan tidak kecewa saat tidak lolos pada tahap berikutnya.

Sayang, untuk Bebestar kebolehan yang ditampilkan hanya menyanyi, menari dan bermain musik. Padahal masih banyak jenis bakat yang lain, misalnya melukis, membaca puisi, bermain sulap, menyusun lego atau bakat dalam bidang olah raga. Begitu juga untuk Little Bebestar, yang ditampilkan hanya kedekatan ibu dan anak. Alangkah baiknya bila sang ayah pun diperkenankan tampil bersama anak. Bukankah anak adalah buah hati ayah dan ibu?

Tapi apapun, setidaknya melalui acara ini kita bisa lebih dini mengenali potensi sang buah hati, sehingga bisa mengarahkan dan memfasilitasinya dengan lebih cepat dan tepat. Pengarahan yang cepat dan tepat kelak akan membantu kesuksesan anak di masa depan. Ingat, setiap anak adalah bintang.

Kamis, 22 Agustus 2013

Ada Apa dalam “Storycake for Your Life, Mompreneur”?

Agustus 22, 2013 4 Comments
Ibu rumah tangga menjalankan usaha? Bagaimana tugas sebagai istri dan ibu? Bagaimana dengan urusan rumah dan anak-anak? Apa tidak akan bermasalah dengan suami? Memangnya mampu? Mungkin ada berderet pertanyaan lain yang siap dilontarkan pada seorang ibu rumah tangga yang memiliki keinginan membuka usaha alias berbisnis. Buku ini mampu menjawabnya.

Berisi 34 kisah menarik nan inspiratif dari para wanita yang telah sukses menjalankan usahanya sambil tetap menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu. Buku ini akan membuka wawasan sekaligus mengusir keraguan dalam benak kita tentang dunia bisnis yang bisa ditekuni dari rumah. Dengan niat yang kuat dan semangat pantang menyerah, para wanita yang sehari-hari berkutat dalam urusan domestik rumah tangga telah membuktikan bahwa mereka mampu.

Banyaknya pengalaman yang dikisahkan menjadi kelebihan tersendiri dari buku ini. Pembaca akan disuguhi beragam ide bisnis karena banyak penulis yang tak hanya menjalankan satu bisnis, melainkan sekaligus beberapa. Ada yang memulai usahanya dari hobi, karena keprihatinan kondisi alias kepepet, ada pula yang sempat merasa yakin terlahir sebagai pekerja kantoran tanpa bakat bisnis, tapi akhirnya memiliki ide membuka usaha. Berada di negeri orang karena mendampingi suami, bahkan tinggal di daerah terpencil, tak menyurutkan langkah dan tak membuat mereka kehabisan ide kreatif untuk menambah penghasilan keluarga.

Beberapa usaha yang dijalankan antara lain berdagang pakaian, buku, catering, kerajinan tangan, isi ulang pulsa, rental komputer, menjadi instruktur senam, guru les, perias dan masih banyak lagi. Ya, bahkan seorang shopaholic yang sangat konsumtif pun sukses mengubah dirinya menjadi produktif. Bagaimana caranya? Dengan membaca buku ini anda akan mengetahui jawabannya.

Bagi yang memiliki keinginan berbisnis, buku ini bisa menginspirasi tentang jenis usaha yang bisa anda jalankan. Sedangkan bagi anda yang belum berniat membuka usaha apapun, buku ini bisa memprovokasi agar anda segera mengeluarkan bakat tersembunyi anda.

Menjalankan usaha tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai rintangan kerap mereka temui. Seperti dikisahkan salah satu penulis yang menjalankan usaha laundry kiloan, yang menganggap bahwa permasalahan yang datang adalah pelajaran berharga untuk membuat mental makin tangguh menghadapi rintangan dan pada akhirnya membentuk sebuah sistem yang semakin baik. Ada pula kesulitan mengatur waktu yang dialami oleh seorang ibu yang membuka usaha desain grafis. Namun, berkat komunikasi dan kerja sama yang baik dengan sang suami, solusi pun didapat.

Sayang, buku ini minim ilustrasi yang menyegarkan mata. Baik ilustrasi berupa gambar maupun perhitungan bisnis yang bisa membantu apabila pembaca hendak merealisasikan ide bisnis dari buku ini. Juga tips dan triknya, pada beberapa kisah kurang detail.

Well, bagaimanapun buku ini tetap menarik untuk dibaca. Selain sampul trendinya yang khas storycake, kalimat-kalimat motivasi yang ada serasa membakar semangat kita untuk berusaha. Mengutip salah satu diantaranya, “Kegagalan yang sesungguhnya adalah saat kita tak berani memulai usaha.”

Judul Buku : Storycake for Your Life, Mompreneur
Penulis : Ari Kurnia, Roza Rianita, Tinneke Indrawati, dkk
Tebal : 259 plus x halaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-9425-5
Cetakan Pertama : 2013
Harga : Rp. 55.000,00
Peresensi : Laila Masruro


Kamis, 01 Agustus 2013

Pecinta Pohon

Agustus 01, 2013 11 Comments
Kenapa sih, Mbak, suka tanaman? Apa nggak bikin repot? Harus siram-siram tiap hari, halaman pun basah dan becek. Trus, apa nggak geli kalau ada cacing? Hiii, saya sih, jijik. Kalaupun mau punya tanaman, lebih baik panggil tukang kebun. Begitu kata teman saya pada suatu hari, saat melihat saya asyik berkebun. Ah, sebenarnya bukan berkebun. Saya hanya menanam beberapa pot bunga di carport, memanfaatkan sedikit sisa ruang yang memungkinkan saya menyalurkan hobi.


Saya dan suami adalah pecinta tanaman. Hobi kami sama, yaitu bercocok tanam. Kegemaran ini pun menurun ke anak-anak. Berempat kami sering melakukan aktivitas ini bersama. Berkotor-kotor dengan tanah bukanlah hal yang menjijikkan, tapi justru menyenangkan. Seperti slogan sebuah iklan detergen, ‘Bermain kotor itu baik’, bukan?

Bagi saya pribadi, ada kepuasan tersendiri melihat pohon yang saya tanam dengan tangan saya sendiri tumbuh subur. Daun hijaunya yang segar memberi aura yang menyejukkan pada rumah kami. Apalagi usai hujan, bulir air yang tersisa di daun makin menambah kesegarannya. Warna ranum bunganya memikat mata dan menentramkan hati saat melihatnya. Kadang terselip rasa syukur dan bangga karena meski sedikit, kami sekeluarga telah berpartisipasi dalam upaya mengurangi efek pemanasan global. Sebuah isu yang tengah berkembang di masyarakat dewasa ini.


Suatu ketika, saking cintanya pada pohon, suami pernah membawa pulang satu pick up penuh tanaman. Semua tanaman tersebut adalah sisa dari tanaman penghias panggung sebuah acara TV yang rutin tayang. Saat itu, suami saya memang bekerja di sebuah perusahaan pembangun panggung.

“Sayang kalau dibiarkan mengering di halaman studio, Ma. Nggak ada yang nyiramin. Ini udah dianggap barang sisa.” Begitu alasan suami, “Penyuplai akan membawa tanaman baru lagi untuk kontrak pembuatan panggung berikutnya. Sesekali saja kalau kurang mereka akan mengambil yang lama.”

Tanaman yang dibawa suami cukup beragam. Ada beberapa jenis palem, bambu hias, bonsai, kuping gajah, bunga-bunga yang saya belum tahu namanya, sampai rumput hias. Wow! Saya terpesona, sekaligus bingung! Mau dikemanakan semua tanaman ini, sementara kami tak punya halaman. Kami hanya memiliki carport mungil, itu pun dipakai untuk parkir motor dan sepeda. Tapi betul kata suami, sayang kalau dibuang. Apalagi setelah suami susah payah membawanya pulang. Untuk bunga dan rumput tidak masalah, saya bisa menanamnya di pot dan meletakkannya di carport. Sebagian lagi saya tanam di taman depan rumah yang luasnya tak lebih dari 1,5 m2. Tapi bagaimana dengan palem dan bambu hias yang tingginya dua meteran? Karena bingung, sementara saya letakkan begitu saja di pinggir jalan depan rumah kami.


Tiba-tiba saya ingat percakapan saya dengan beberapa tetangga baru. Mereka kurang menyukai pohon bintaro yang ditanam pihak pengembang di depan rumah kami masing-masing, karena akarnya yang merajalela bisa merusak kansteen. Akhirnya palem dan bambu hias tersebut saya tawarkan pada tetangga. Pucuk dicinta ulam tiba. Mereka begitu antusias menerima pemberian saya. Dari seorang tetangga menyebar pada tetangga yang lain. Akhirnya mereka mengambil sendiri pohon yang mereka sukai untuk ditanam di halaman rumah masing-masing. Saya senang pohon-pohon itu akhirnya memiliki tempat untuk tumbuh dan ada yang merawatnya. Suami pun makin bersemangat membawa pulang sebanyak-banyaknya sisa tanaman dari studio tempatnya bekerja. Menyelamatkan pohon ternyata menyenangkan. Selain menghijaukan lingkungan, juga bisa berbagi dengan tetangga sehingga mempererat silaturahmi diantara kami.

Dari beberapa pohon yang kami punya, ada satu yang menjadi favorit kami, yaitu pohon mangga. Waktu itu ibu mertua membawakan mangga dari kampung halaman. Mangga tersebut berukuran cukup besar, daging buahnya tebal, tapi bijinya kecil. Rasanya pun legit dan seratnya halus sehingga sangat menggiurkan. Begitu berseleranya suami saya terhadap mangga tersebut sampai ia tak rela membuang bijinya. Akhirnya ditanamnya biji mangga tersebut di pinggir jalan depan rumah kami, menggantikan bintaro yang akarnya memang mulai tampak merusak kansteen. Penanaman biji mangga tersebut sekaligus menandai awal kami menempati rumah. Kini, pohon mangga tersebut berumur lima tahun. Entah kapan ia akan berbuah, yang pasti kami akan setia menunggunya. Untuk saat ini, kami cukup menikmati daunnya. Bukan dimakan tentunya, tapi cukup dipetik selembar, lalu diremas-remas. Aroma legitnya sudah tercium, cukup sebagai pengobat rindu kami pada rasa mangga favorit yang memang jarang kami temukan di tempat tinggal kami sekarang. Hmm…

Sebagai pecinta pohon, kami berharap kelak bisa memiliki rumah dengan kebun yang cukup luas. Kami berharap bisa membelinya di kampung halaman sebagai tempat menikmati masa tua nanti. Sudah terbayang di benak kami akan seperti apa kebun impian kami nanti. Semoga terwujud.

Sekilas tentang mangga:
Mangga alias Mangifera indica L. adalah salah satu buah yang bernilai gizi tinggi. Buah yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia ini ada beberapa jenis, dan masing-masing memiliki bentuk, rasa dan tekstur yang khas.

Sekilas tentang palem:
Palem atau pinang-pinangan yang termasuk suku Arecaceae ini banyak tumbuh di Indonesia. Jenisnya ada ratusan. Beberapa diantaranya kita kenal sebagai kelapa sawit, enau, nipah dan rotan.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Mangga
http://www.manfaat-terbaik.com/2012/01/kandungan-vitamin-dalam-mangga-untuk.html
http://alamendah.org/2009/12/14/jenis-jenis-palem-arecaceae-di-indonesia-2/

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon"





Rabu, 24 Juli 2013

Cahaya di Ujung Pena

Juli 24, 2013 0 Comments

Ada masa
Tatkala Hawa seolah tiada
Bicara tanpa kata
Menulis tanpa aksara

Belenggu budaya
Penjarakan jiwa mereka
Sang penguasa selalu berkata
Kau di belakang saja!

Ada cahaya
Yang terusik nuraninya
Tak rela bila sesamanya
Menerima semata

Tanpa suara atau desing senjata
Hanya dengan goresan pena
Diatas kertas merangkai kata
Ia ubah dunianya

Terima kasih Bunda
Tarian jemarimu memutus belengguku
Cita luhurmu terangkan duniaku
Ku pastikan, tak kan reda karyaku

Satelit Ramadan

Juli 24, 2013 0 Comments
Menjelang Ramadan saya selalu ingat kampung halaman. Tentang kebiasaan unik di dusun kecil kami, dan tentang indahnya masa kecil saya. Ramadan adalah bulan istimewa, maka kami menyambutnya dengan suka cita.

Sehari sebelum Ramadan, para wanita biasanya sibuk membersihkan rumah secara besar-besaran. Bisa dibilang hari itu kami ‘cuci gudang’. Segala sesuatu yang biasanya luput dari perhatian, mendadak menjadi sangat penting untuk dikerjakan. Mulai dari mencuci peralatan masak yang jarang dipakai, mencuci gordyn, melap kaki-kaki kursi, hingga merapikan tanaman di sekeliling rumah. Kata ibu, agar saat puasa kita hemat tenaga dan lebih banyak waktu untuk beribadah.

Para lelaki tak mau kalah. Mereka bekerja bakti membersihkan lingkungan. Dan yang paling penting menyiapkan musala dan masjid untuk tarawih, karena jamaah yang datang pasti lebih banyak daripada hari biasa. Bila perlu mereka memboyong karpet atau tikar dari rumah masing-masing untuk diletakkan di masjid, agar siap pakai saat dibutuhkan.

Sore hari, bedug dan kentongan di masjid mulai dibunyikan dengan irama yang khas. Ini pertanda bahwa besok adalah hari pertama puasa. Kami berkumpul di sekitar masjid untuk menikmati ritual tersebut. Bunyi bedug yang bertalu-talu sungguh meriuh rendahkan hati kami. Sebelum ke masjid kami sudah mandi dan keramas. Bila tidak, jangan harap telinga kami lolos dari jeweran ortu, hehe… Ritual ini berhenti saat tiba salat asar.

Malam saat tarawih, masjid biasanya penuh dengan para santri, jadi saya lebih suka tarawih di musala dekat rumah. Tapi bapak sering mengajak saya dan kakak tarawih ke musala yang agak jauh yang mana imamnya sering membaca surat-surat panjang. Terkadang saya sampai terkantuk-kantuk dalam posisi berdiri, dan terbangun kaget karena colekan kakak atau saat mendengar makmum serentak mengucap ‘Amin…’, hihi…

Paling berkesan dan tak akan terlupakan adalah saat sahur. Sekitar dua jam sebelum imsak, imam masjid atau sesepuh mulai membangunkan warga melalui pengeras suara. Mendekati waktu imsak, suara ‘sahur-sahur…’ akan makin sering terdengar. Puncaknya adalah sepuluh detik sebelum imsak, hitungan mundurpun dimulai. Mirip saat-saat menegangkan pada peluncuran sebuah satelit. “Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu. Imsak…, imsak…, imsak…” Pada saat yang sama, bedug ditabuh bertalu-talu. Kami pun melesat bagai satelit, menuju bulan penuh ampunan.

Begitulah suasana Ramadan di kampungku, yang selalu ku rindukan hingga kini.


Selasa, 16 Juli 2013

Jangan Mudah Berprasangka Buruk

Juli 16, 2013 2 Comments
Pagi tadi, untuk kesekian kalinya, seorang asisten rumah tangga alias ART datang ke toko kecil saya untuk membeli pulsa. Setelah membayar sesuai harga, dia pun pulang. Saya segera mengisi pulsa ke nomor yang diberikannya lalu beberapa detik kemudian menerima notifikasi bahwa pulsa sudak terkirim ke nomor tersebut.

Tak lama berselang, si ART datang lagi.

"Bu, kata Eyang pulsanya belum masuk." Ujar si ART. Eyang adalah ortu sang majikan, yang menyuruhnya membeli pulsa.

"Tapi udah saya kirim tuh, Mbak, dan udah masuk." Kata saya, "Sudah dicek kah?"

"Kata Eyang sih sudah." Jawab si ART.

"Baik, tunggu sebentar, saya komplainkan ke agen ya, Mbak."

Saya pun segera mengirim SMS komplain ke agen, tapi mendapat jawaban sesuai notifikasi tadi, bahwa pulsa sudah berhasil terkirim. Tak ingin membuang waktu si ART, saya pun segera mengembalikan uang pembayaran yang telah diberikannya tadi.

"Mbak, saya sudah komplain, dan dapat jawaban bahwa pulsanya sudah terkirim. Tapi ini saya kembalikan uangnya. Tolong nanti dicek lagi ya, jika pulsanya memang belum masuk ya sudah, nggak apa-apa. Tapi kalo ternyata pulsanya sudah masuk, tolong Mbak bayar lagi kesini, ya?" Ucap saya sambil mengangsurkan uang kepadanya.

Si ART mengiyakan, dan dia pun kembali pulang.

Yang seperti ini cukup sering terjadi dan beberapa kali disaksikan oleh anak-anak saya. Awalnya mereka kurang puas melihat sikap yang diambil ibunya, karena mereka jelas membaca notifikasi yang masuk ke ponsel saya.

Tapi saya katakan, biarlah. Seandainya pulsa sudah masuk dan si pembeli berbohong, itu urusan dia. Tapi bila benar pulsanya belum masuk, setidaknya kita tidak merugikan pembeli. Terutama bila pembelinya 'orang kecil' seperti ART atau pekerja bangunan. Sungguh tak tega bila mereka yang harus kehilangan, mengingat beberapa ribu rupiah tentu sangat berharga bagi mereka. Jika ada pihak yang harus menanggung rugi, birlah kita saja.

Tak perlu khawatir akan kejujurannya. Lebih penting memelihara prasangka baik kita. Mereka yang berpenampilan sederhana belum tentu tidak bisa dipercaya. Yakinlah, segala yang sudah seharusnya menjadi hak kita, InsyaAllah akan tetap kembali pada kita. Kita hanya berusaha agar jangan sampai ada hak orang lain yang terbawa oleh kita secara sengaja, saat kita benar-benar sadar. Begitu yang saya katakan pada anak-anak.

Alhamdulillah, anak-anak cepat mengerti. Beruntungnya, selama ini kami lebih sering bertemu orang-orang yang baik dan jujur. Seperti pagi tadi, baru saja saya akan mulai mengerjakan hal yang lain, tiba-tiba si Mbak ART datang lagi.

"Bu, pulsanya udah masuk. Ini uangnya saya kembalikan lagi. Makasih ya, Bu..." Ujarnya sambil tersenyum lega.

Tuh kan......

Jumat, 14 Juni 2013

Teman, terima kasih...

Juni 14, 2013 6 Comments
Salam hangat...



Setiap orang pasti membutuhkan teman. Entah teman bicara, teman belajar, teman bisnis, atau... ssstt! Teman dekat alias kekasih. Hmm... pasti menyenangkan memiliki teman. Saat kita sedih ada yang menghibur, saat kita bingung ada yang memberitahu, saat kita salah ada yang mengingatkan, saat kita gembira ada teman berbagi tawa, bahkan saat kita tidak ada, ada yang merasa kehilangan.

Akhir-akhir ini, karena bergabung di sebuah komunitas keren, saya pun jadi makin banyak teman. Duh, senangnya... Komunitas ini, tak lain dan tak bukan adalah IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Di sini, saya bertemu dengan makhluq sejenis saya yang begitu baik hati, cerdas, inspiratif dan mampu membuat hidup saya jadi makin berwarna. Meski hanya bertemu di dunia maya, saya merasa dekat, seolah sudah kenal bertahun-tahun. Tapi moga suatu saat kita bisa jabat erat di dunia nyata ya...

Ranah sempit yang saya jelajahi selama usia pernikahan saya ternyata bukan halangan untuk saya berkembang. Teman-teman yang begitu antusias membuat saya mampu melihat dunia yang lebih luas. Saya banyak belajar dari kalian. Beragamnya hal yang kalian bagi membuat bervariasi pula yang saya dapat. Bukan hanya seni menulis, tapi juga ilmu agama, kepribadian, ketrampilan memasak, dunia pengasuhan anak, teknologi (asli, hingga tahun kemarin saya gaptek abis :)) hingga kesabaran tingkat tinggi. Beruntung sekali saya menemukan kalian...

Maka, melalui blog anyar edisi perdana ini, dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kalian, teman-teman yang baik. Semoga kalian diberi-Nya kesehatan, panjang umur, rezeki yang berlimpah serta penambahan ilmu yang tiada habisnya. Amin...

Follow Us @soratemplates