Kamis, 22 Agustus 2013

Ada Apa dalam “Storycake for Your Life, Mompreneur”?

Agustus 22, 2013 4 Comments
Ibu rumah tangga menjalankan usaha? Bagaimana tugas sebagai istri dan ibu? Bagaimana dengan urusan rumah dan anak-anak? Apa tidak akan bermasalah dengan suami? Memangnya mampu? Mungkin ada berderet pertanyaan lain yang siap dilontarkan pada seorang ibu rumah tangga yang memiliki keinginan membuka usaha alias berbisnis. Buku ini mampu menjawabnya.

Berisi 34 kisah menarik nan inspiratif dari para wanita yang telah sukses menjalankan usahanya sambil tetap menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu. Buku ini akan membuka wawasan sekaligus mengusir keraguan dalam benak kita tentang dunia bisnis yang bisa ditekuni dari rumah. Dengan niat yang kuat dan semangat pantang menyerah, para wanita yang sehari-hari berkutat dalam urusan domestik rumah tangga telah membuktikan bahwa mereka mampu.

Banyaknya pengalaman yang dikisahkan menjadi kelebihan tersendiri dari buku ini. Pembaca akan disuguhi beragam ide bisnis karena banyak penulis yang tak hanya menjalankan satu bisnis, melainkan sekaligus beberapa. Ada yang memulai usahanya dari hobi, karena keprihatinan kondisi alias kepepet, ada pula yang sempat merasa yakin terlahir sebagai pekerja kantoran tanpa bakat bisnis, tapi akhirnya memiliki ide membuka usaha. Berada di negeri orang karena mendampingi suami, bahkan tinggal di daerah terpencil, tak menyurutkan langkah dan tak membuat mereka kehabisan ide kreatif untuk menambah penghasilan keluarga.

Beberapa usaha yang dijalankan antara lain berdagang pakaian, buku, catering, kerajinan tangan, isi ulang pulsa, rental komputer, menjadi instruktur senam, guru les, perias dan masih banyak lagi. Ya, bahkan seorang shopaholic yang sangat konsumtif pun sukses mengubah dirinya menjadi produktif. Bagaimana caranya? Dengan membaca buku ini anda akan mengetahui jawabannya.

Bagi yang memiliki keinginan berbisnis, buku ini bisa menginspirasi tentang jenis usaha yang bisa anda jalankan. Sedangkan bagi anda yang belum berniat membuka usaha apapun, buku ini bisa memprovokasi agar anda segera mengeluarkan bakat tersembunyi anda.

Menjalankan usaha tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai rintangan kerap mereka temui. Seperti dikisahkan salah satu penulis yang menjalankan usaha laundry kiloan, yang menganggap bahwa permasalahan yang datang adalah pelajaran berharga untuk membuat mental makin tangguh menghadapi rintangan dan pada akhirnya membentuk sebuah sistem yang semakin baik. Ada pula kesulitan mengatur waktu yang dialami oleh seorang ibu yang membuka usaha desain grafis. Namun, berkat komunikasi dan kerja sama yang baik dengan sang suami, solusi pun didapat.

Sayang, buku ini minim ilustrasi yang menyegarkan mata. Baik ilustrasi berupa gambar maupun perhitungan bisnis yang bisa membantu apabila pembaca hendak merealisasikan ide bisnis dari buku ini. Juga tips dan triknya, pada beberapa kisah kurang detail.

Well, bagaimanapun buku ini tetap menarik untuk dibaca. Selain sampul trendinya yang khas storycake, kalimat-kalimat motivasi yang ada serasa membakar semangat kita untuk berusaha. Mengutip salah satu diantaranya, “Kegagalan yang sesungguhnya adalah saat kita tak berani memulai usaha.”

Judul Buku : Storycake for Your Life, Mompreneur
Penulis : Ari Kurnia, Roza Rianita, Tinneke Indrawati, dkk
Tebal : 259 plus x halaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-9425-5
Cetakan Pertama : 2013
Harga : Rp. 55.000,00
Peresensi : Laila Masruro


Kamis, 01 Agustus 2013

Pecinta Pohon

Agustus 01, 2013 11 Comments
Kenapa sih, Mbak, suka tanaman? Apa nggak bikin repot? Harus siram-siram tiap hari, halaman pun basah dan becek. Trus, apa nggak geli kalau ada cacing? Hiii, saya sih, jijik. Kalaupun mau punya tanaman, lebih baik panggil tukang kebun. Begitu kata teman saya pada suatu hari, saat melihat saya asyik berkebun. Ah, sebenarnya bukan berkebun. Saya hanya menanam beberapa pot bunga di carport, memanfaatkan sedikit sisa ruang yang memungkinkan saya menyalurkan hobi.


Saya dan suami adalah pecinta tanaman. Hobi kami sama, yaitu bercocok tanam. Kegemaran ini pun menurun ke anak-anak. Berempat kami sering melakukan aktivitas ini bersama. Berkotor-kotor dengan tanah bukanlah hal yang menjijikkan, tapi justru menyenangkan. Seperti slogan sebuah iklan detergen, ‘Bermain kotor itu baik’, bukan?

Bagi saya pribadi, ada kepuasan tersendiri melihat pohon yang saya tanam dengan tangan saya sendiri tumbuh subur. Daun hijaunya yang segar memberi aura yang menyejukkan pada rumah kami. Apalagi usai hujan, bulir air yang tersisa di daun makin menambah kesegarannya. Warna ranum bunganya memikat mata dan menentramkan hati saat melihatnya. Kadang terselip rasa syukur dan bangga karena meski sedikit, kami sekeluarga telah berpartisipasi dalam upaya mengurangi efek pemanasan global. Sebuah isu yang tengah berkembang di masyarakat dewasa ini.


Suatu ketika, saking cintanya pada pohon, suami pernah membawa pulang satu pick up penuh tanaman. Semua tanaman tersebut adalah sisa dari tanaman penghias panggung sebuah acara TV yang rutin tayang. Saat itu, suami saya memang bekerja di sebuah perusahaan pembangun panggung.

“Sayang kalau dibiarkan mengering di halaman studio, Ma. Nggak ada yang nyiramin. Ini udah dianggap barang sisa.” Begitu alasan suami, “Penyuplai akan membawa tanaman baru lagi untuk kontrak pembuatan panggung berikutnya. Sesekali saja kalau kurang mereka akan mengambil yang lama.”

Tanaman yang dibawa suami cukup beragam. Ada beberapa jenis palem, bambu hias, bonsai, kuping gajah, bunga-bunga yang saya belum tahu namanya, sampai rumput hias. Wow! Saya terpesona, sekaligus bingung! Mau dikemanakan semua tanaman ini, sementara kami tak punya halaman. Kami hanya memiliki carport mungil, itu pun dipakai untuk parkir motor dan sepeda. Tapi betul kata suami, sayang kalau dibuang. Apalagi setelah suami susah payah membawanya pulang. Untuk bunga dan rumput tidak masalah, saya bisa menanamnya di pot dan meletakkannya di carport. Sebagian lagi saya tanam di taman depan rumah yang luasnya tak lebih dari 1,5 m2. Tapi bagaimana dengan palem dan bambu hias yang tingginya dua meteran? Karena bingung, sementara saya letakkan begitu saja di pinggir jalan depan rumah kami.


Tiba-tiba saya ingat percakapan saya dengan beberapa tetangga baru. Mereka kurang menyukai pohon bintaro yang ditanam pihak pengembang di depan rumah kami masing-masing, karena akarnya yang merajalela bisa merusak kansteen. Akhirnya palem dan bambu hias tersebut saya tawarkan pada tetangga. Pucuk dicinta ulam tiba. Mereka begitu antusias menerima pemberian saya. Dari seorang tetangga menyebar pada tetangga yang lain. Akhirnya mereka mengambil sendiri pohon yang mereka sukai untuk ditanam di halaman rumah masing-masing. Saya senang pohon-pohon itu akhirnya memiliki tempat untuk tumbuh dan ada yang merawatnya. Suami pun makin bersemangat membawa pulang sebanyak-banyaknya sisa tanaman dari studio tempatnya bekerja. Menyelamatkan pohon ternyata menyenangkan. Selain menghijaukan lingkungan, juga bisa berbagi dengan tetangga sehingga mempererat silaturahmi diantara kami.

Dari beberapa pohon yang kami punya, ada satu yang menjadi favorit kami, yaitu pohon mangga. Waktu itu ibu mertua membawakan mangga dari kampung halaman. Mangga tersebut berukuran cukup besar, daging buahnya tebal, tapi bijinya kecil. Rasanya pun legit dan seratnya halus sehingga sangat menggiurkan. Begitu berseleranya suami saya terhadap mangga tersebut sampai ia tak rela membuang bijinya. Akhirnya ditanamnya biji mangga tersebut di pinggir jalan depan rumah kami, menggantikan bintaro yang akarnya memang mulai tampak merusak kansteen. Penanaman biji mangga tersebut sekaligus menandai awal kami menempati rumah. Kini, pohon mangga tersebut berumur lima tahun. Entah kapan ia akan berbuah, yang pasti kami akan setia menunggunya. Untuk saat ini, kami cukup menikmati daunnya. Bukan dimakan tentunya, tapi cukup dipetik selembar, lalu diremas-remas. Aroma legitnya sudah tercium, cukup sebagai pengobat rindu kami pada rasa mangga favorit yang memang jarang kami temukan di tempat tinggal kami sekarang. Hmm…

Sebagai pecinta pohon, kami berharap kelak bisa memiliki rumah dengan kebun yang cukup luas. Kami berharap bisa membelinya di kampung halaman sebagai tempat menikmati masa tua nanti. Sudah terbayang di benak kami akan seperti apa kebun impian kami nanti. Semoga terwujud.

Sekilas tentang mangga:
Mangga alias Mangifera indica L. adalah salah satu buah yang bernilai gizi tinggi. Buah yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia ini ada beberapa jenis, dan masing-masing memiliki bentuk, rasa dan tekstur yang khas.

Sekilas tentang palem:
Palem atau pinang-pinangan yang termasuk suku Arecaceae ini banyak tumbuh di Indonesia. Jenisnya ada ratusan. Beberapa diantaranya kita kenal sebagai kelapa sawit, enau, nipah dan rotan.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Mangga
http://www.manfaat-terbaik.com/2012/01/kandungan-vitamin-dalam-mangga-untuk.html
http://alamendah.org/2009/12/14/jenis-jenis-palem-arecaceae-di-indonesia-2/

Tulisan ini diikutkan dalam "Give Away Aku dan Pohon"





Follow Us @soratemplates