Kamis, 01 Februari 2018

# Inspirasi

Bothokan, Lauk Kukus yang Selalu Dirindukan


Sama seperti saya, Almarhumah Emak saya pun tak begitu suka memasak. Tapi tetap saja, sebagai penguasa dapur, punya dong, masakan andalan.

Kalo saya pede dengan rawon, Emak saya dulu punya bothokan sebagai andalan. Bothokan buatan Emak sangat sedap dan rasanya khas. Aroma daun pisang dan rasa bahan-bahan yang terbungkus di dalamnya, begitu menggugah selera.

Mbah Kakung saya amat menyukainya. Maka tiap usai masak, Emak biasanya buru-buru menyuruh saya mencari Mbah Kakung agar beliau berkenan makan di rumah kami. Saat menyantapnya, Mbah Kakung memang tampak lahap. Masakan ini pula yang biasa dimasak Emak untuk menyambut kedatangan paman yang tinggal di ibukota, dan hanya bisa pulang sesekali.

Bothokan ala Emak isinya tahu, tempe, teri dan sayur. Sayur yang dipakai hanya satu macam di antara dua pilihan, yaitu sayur boros atau sayur daun singkong. Kalau saya, lebih suka daun boros karena teksturnya renyah dan aromanya wangi.

Daun boros yang dipakai untuk bothokan, adalah daun yang masih kuncup berikut batang semunya yang bagian dalam dan masih berwarna putih. Saya sangat senang saat diminta ibu untuk menyiangi daun boros karena aromanya yang khas terasa segar dirasa oleh indera penciuman saya.

Bagi yang belum pernah melihat wujud daun boros, daun boros yang saya maksud di sini adalah daun dari tanaman berimpang sebangsa kunyit. Sebagian masyarakat menyebutnya sebagai tanaman lempuyang dan biasa memakai umbinya untuk jamu.

Saat sudah mengembang, bentuk dan susunan daun boros mirip dengan daun lengkuas. Tetapi, batang semu tanaman boros tidak setinggi batang semu lengkuas. Rata-rata tingginya kurang dari 50 cm. Sebagian orang menyebutnya tanaman lempuyang.

Proses pembuatan bothokan ala Emak saya cukup mudah, walaupun agak ribet menurut saya, hehe. Daun boros yang hendak dipakai, disiangi dulu alias diambil bagian dalamnya saja, cuci, lalu potong-potong halus. Bila memakai daun singkong, maka setelah disiangi, dicuci dan dipotong halus, daun singkong harus direndam air panas sejenak. Setelah beberapa saat, air rendaman dibuang, barulah daun singkong siap digunakan.

Bumbu yang dibutuhkan adalah bumbu lodeh pada umumnya, yaitu bawang merah, bawang putih, cabe kecil, kemiri, ketumbar, garam, gula, kencur dan lengkuas. Semua bumbu ini dihaluskan. Sementara bahan yang lain adalah tahu dan tempe mentah dipotong kecil-kecil, teri yang sudah direndam air panas dan kelapa muda parut.

Cara membuatnya, tinggal meyampurkan semua bahan ke dalam baskom, tambahkan kelapa muda parut dan bumbu halus. Aduk hingga tercampur rata, lalu bungkus dengan daun pisang sedikit demi sedikit hingga semua habis. Jangan lupa disemat ya, agar bungkusan tidak terbuka. Kukus di dalam dandang yang telah beruap selama kurang lebih 40 menit. Angkat, rapikan daun pembungkus, siap disajikan. Agar lebih lengkap, bothokan ini dihidangkan bersama sambal tomat, kerupuk dan nasi hangat tentunya.

Saya senang makan dengan lauk yang dikukus seperti ini karena lebih sehat. Bothokan benar-benar dimasak tanpa minyak dan tanpa lemak hewani. Kandungan gizi di dalamnya didominasi protein nabati beserta vitamin dan mineral dari sayuran.

Sayur boros atau lempuyang itu sendiri, ternyata banyak manfaatnya loh. Menurut tanamanhiasdaun.com, boros berkhasiat sebagai penambah nafsu makan, anti diare, anti kanker dan sebagai pelangsing tubuh.

Buat yang lagi diet, bagus sekali mengonsumsi bothokan daun boros. Asal ingat tidak terlalu banyak nambah nasi, agar berat badan tetap terkendali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates