Minggu, 27 Oktober 2013

# Gagasan

Konkret Cintai Produk Nasional

Ini gagasanku yang dimuat di Jawa Pos pada Kamis, 9 Mei 2013.

Konkret Cintai Produk Nasional
Kamis, 09 Mei 2013

INILAH cerita suami saya. Dalam rangka persiapan sebuah proyek, suami berdua dengan atasannya yang warga negara Jepang berbelanja berbagai kebutuhan untuk mes karyawan. Alhasil, semua barang, mulai televisi, kulkas, AC, bahkan setrika, yang pasti pembantulah yang akan memakainya, diharuskan bermerek Jepang. Demikian juga sarana transportasi dan kebutuhan lain, jika ada, semua harus serba Jepang.

Saya berpikir, seandainya saja bangsa Indonesia mau seperti itu, tentu negara kita bisa jauh lebih baik daripada sekarang. Perekonomian kita pasti lebih maju jika produk dalam negeri merajai pasar negeri sendiri.

Kejadian itu menjadi contoh nyata bagi saya agar lebih bersemangat mengajak anak-anak untuk mencintai negeri sendiri. Mengapa memilih ayam goreng waralaba Amerika, jika makanan tradisional Indonesia lebih beragam dan kaya rasa? Mengapa memilih pakaian bermerek luar negeri yang sangat mahal, sementara ada batik yang kini kian indah corak maupun modelnya? Mengapa harus menonton konser artis luar negeri yang belum tentu memperbaiki moral anak bangsa, sementara tarian dan lagu daerah sarat makna dan nilai kehidupan? Ayo, kita mulai dari diri kita, sekarang!


Versi aslinya sebagai berikut,

Cintai Produk Dalam Negeri.

Kita pasti sudah sering mendengar slogan tersebut. Tapi, sejauh manakah tindak nyata kita? Dalam hal ini, sungguh tidak berlebihan bila kita belajar dari bangsa Jepang.

Inilah cerita suami saya. Dalam rangka persiapan sebuah proyek, suami berdua dengan atasannya yang warga negara Jepang berbelanja berbagai kebutuhan untuk mess karyawan. Alhasil, semua barang mulai dari televisi, kulkas, AC, bahkan setrika yang pasti pembantulah yang akan memakainya, diharuskan yang bermerk Jepang. Demikian juga sarana transportasi dan kebutuhan lain, jika ada, semua harus serba Jepang.

Mengesankan sekali ketika suatu saat suami terpaksa membawa kami sekeluarga ke kantor dan memesan makan siang dari sebuah restoran waralaba Jepang, sang atasan dengan ramah dan sigap membayar pesanan kami.

Saya berpikir, seandainya saja bangsa Indonesia mau seperti itu, tentu negara kita bisa jauh lebih baik daripada sekarang. Perekonomian kita pasti lebih maju jika produk dalam negeri merajai pasar negeri sendiri.

Kejadian itu menjadi contoh nyata bagi saya agar lebih bersemangat mengajak anak-anak untuk lebih mencintai negeri sendiri. Mengapa memilih ayam goreng waralaba Amerika, jika makanan tradisional Indonesia lebih beragam dan kaya rasa? Mengapa memilih pakaian bermerk luar negeri yang sangat mahal harganya sementara ada batik yang kini kian indah corak maupun modelnya? Mengapa harus menonton konser artis luar negeri yang belum tentu memperbaiki moral anak bangsa sementara tarian dan lagu daerah sarat makna dan nilai kehidupan?

Ayo, kita mulai dari diri kita, sekarang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates