Sendy Hadiat: Ayo Belajar Peduli pada Bipolar
Memiliki gangguan pada diri sendiri tanpa tahu apa dan bagaimana mengatasinya adalah hal yang menyedihkan. Terlebih bila itu adalah gangguan kejiwaan yang secara fisik sulit diketahui, terutama oleh orang lain. Salah satunya adalah gangguan bipolar.
Istilah bipolar mungkin baru mengemuka setelah kasus yang dialami oleh salah satu mantan artis cilik di negeri kita. Kasusnya begitu ramai dibicarakan. Namun sayang, banyak orang justru menghujat, merendahkan, menghina bahkan menghakimi, tanpa peduli bahwa sebetulnya sang penyandang adalah orang yang justru sangat butuh diperhatikan dan dihujani kasih sayang.
Bipolar adalah gangguan perasaan dengan dua kutub yang berbeda. Ada dua fase yang dialami penderitanya yaitu fase depresi dan fase mania. Pada fase depresi, penderita akan merasakan moodnya turun sepanjang hari, lelah, sensitif, tidak nafsu makan dan tidak berminat terhadap kesenangan. Ia akan berdiam dan menutup diri terhadap lingkungan, merasa tak berarti dan merasa bersalah berlebihan.
Sedangkan pada fase mania, penderita akan lebih banyak bicara atas tekanan yang dialami, merasa harga dirinya tinggi, terhina dan terlecehkan, mampu begadang hingga berhari-hari dan beraktivitas secara berlebihan, serta memiliki ide-ide yang kreatif walaupun tak mampu mewujudkannya dengan cara yang tepat.
Sendy Hadiat yang memiliki nama asli Sendi Winduvitri, juga seorang yang mengalami gangguan kejiwaan bipolar. Bertahun-tahun menjadi ODB (Orang Dengan Bipolar), perempuan kelahiran Jakarta 33 tahun yang lalu ini, tak tahu apa yang sedang dialaminya.
Saat itu, orang tua dan dua kakaknya telah bermigrasi ke Amerika Serikat. Sementara lingkungan terdekatnya yang juga tak paham dengan gangguan yang dialaminya sering mencaci, menghujat bahkan memberikan tekanan. Berbagai masalah yang muncul membuatnya makin tertekan hingga dia berada dalam kondisi yang sangat terpuruk, sampai terpikir niat untuk mengakhiri hidupnya.
Motivasi yang kuat untuk menyembuhkan diri membuat ibu dari lima anak ini akhirnya mencari tahu sendiri tentang bipolar. Dia membaca buku dan akhirnya menjadi pasien dari seorang dokter kejiwaan di Jogjakarta. Beruntung, suaminya pun kini bisa menjadi caregiver atau penolong yang membantunya untuk melepaskan diri dari faktor stressor yang bisa membuat gangguannya kambuh.
Kini Sendy merasa bahagia. Ia telah menerima dirinya sebagai ODB walaupun itu bukan pilihannya. Ia merasa dirinya berarti bagi keluarganya, baik sebagai istri, ibu maupun sebagai anak perempuan. Ia juga mampu mengendalikan diri dengan lebih baik serta mampu mengungkapkan perasannya apa adanya.
Pengetahuan dan pengalamannya dalam bergelut dengan bipolar mendorongnya untuk menulis sebuah buku yang berjudul “Menemukan-Mu dan menemukannya”. Buku setebal 160 halaman ini ditulis dalam waktu dua hari dengan bimbingan dari Indscript Creative melalui program Private Writing Coaching.
Buku ini mengisahkan perjuangannya berdamai dengan bipolar, apa penyebabnya dan bagaimana cara mencegah serta mengatasinya, fase demi fase. Harga buku ini Rp. 100.000,-, tetapi di masa pre order yang akan berlangsung hingga tanggal 7 Desember 2017 nanti, bisa didapatkan dengan harga Rp. 79.000,- saja. Untuk setiap buku yang terjual, Sendy akan mendonasikan sebesar Rp. 2000,- guna membantu para perempuan yang terlibat riba. Membeli buku ini, bisa sekaligus beramal ya?
Melalui buku ini Sendy Hadiat ingin menginspirasi banyak orang agar kembali menjadikan keluarga sebagai sahabat pertama karena akar dari kesehatan mental dan jiwa adalah dari keluarga. Sendy juga berharap agar orang tak perlu takut, ragu atau malu untuk peduli dengan psikologis demi kesehatan mental dan jiwa. Jika ada saudara atau sahabat yang tampak sedang lemah jiwanya, cobalah untuk peduli, menerima dan membantu mereka semampu kita.
Karenanya, Sendy juga membentuk sebuah grup di Facebook yang bernama Bipolar Care Healing (Biling). Melalui grup ini, Sendy mengajak siapa saja yang bergabung untuk berdiskusi dan berbagi ilmu seputar gangguan bipolar.
Segala hal yang terjadi tentu ada hikmahnya dan tidak ada kejadian kecuali atas ketentuan Allah. Berdamai menerima segala cobaan dan lebih peduli pada sesama dengan memberikan kasih sayang adalah salah satu jalan terbaik untuk meningkatkan kualitas hidup.